Triyaningsih: Ratu Lari Jarak Jauh Indonesia


Triyaningsih: Ratu Lari Jarak Jauh Indonesia yang Tak Pernah Lelah Mengejar Garis Finish
Jakarta, 4 Juni 2025 – Di balik postur mungil dan senyum ramahnya, siapa sangka Triyaningsih menyimpan kekuatan luar biasa yang telah membawanya menaklukkan lintasan demi lintasan—baik di Asia Tenggara maupun dunia. Perempuan kelahiran Semarang, 15 Mei 1987 ini telah menjelma menjadi legenda hidup atletik Indonesia, khususnya di nomor-nomor jarak jauh seperti 5.000 meter, 10.000 meter, dan maraton.
Awal Perjalanan: Terinspirasi Sang Kakak
Langkah Triyaningsih di dunia atletik dimulai dari pengaruh sang kakak, Ruwiyati, yang juga seorang pelari nasional. Bergabung dengan klub atletik Lokomotif Salatiga pada usia muda, ia digembleng oleh pelatih Alwi Mugiyanto. Kerja keras dan disiplin sejak dini membuahkan hasil. Pada SEA Games 2003 di Vietnam, Triyaningsih mencuri perhatian dengan finis keempat dan memecahkan rekor nasional junior di nomor 5.000 meter.
Namun kejayaan sebenarnya datang beberapa tahun kemudian. Sejak SEA Games 2007 di Thailand, Triyaningsih nyaris tak terbendung. Ia menyapu bersih emas di nomor 5.000 meter dan 10.000 meter, dan terus mengulang dominasi tersebut dalam tiga edisi SEA Games berturut-turut.

Puncak Prestasi: Dominasi dan Rekor
Di puncak kariernya, Triyaningsih mencatatkan rekor nasional yang masih bertahan hingga kini:
Maraton: 2:31:49 (Asian Games Guangzhou 2010)
10 km jalan raya: 33:23 (Denpasar, 2008)
Half marathon: 1:13:01 (Guangzhou, 2010)
Tak hanya di Asia Tenggara, ia mewakili Indonesia di kancah dunia, termasuk Olimpiade London 2012 di mana ia bertanding di nomor maraton.

Kembalinya Sang Legenda: TCS New York City Marathon 2024
Setelah beberapa tahun absen dari spotlight karena cedera dan kesibukan sebagai ASN, Triyaningsih kembali mencuri perhatian di panggung internasional. Pada TCS New York City Marathon 2024, ia berhasil finis dengan waktu 3:22:23. Ini bukan sekadar angka—Triyaningsih menjadi perempuan Indonesia pertama yang menyelesaikan maraton terbesar di dunia tersebut, dari total lebih dari 61.000 peserta.
“Saya ingin membuktikan bahwa usia bukan batas. Yang penting adalah semangat dan konsistensi,” ujarnya usai finish, mengenakan jaket finisher dengan bangga di tengah dinginnya udara Manhattan.
Lebih dari Sekadar Atlet
Meski telah meraih puluhan medali, Triyaningsih tetap membumi. Ia kerap terlibat dalam pelatihan dan edukasi bagi atlet muda, serta aktif dalam kegiatan sosial. Kini, selain sebagai pelari, ia juga bertugas sebagai ASN—menginspirasi dari dua sisi: pelayanan publik dan dunia olahraga.

Penutup: Warisan yang Lebih dari Medali
Triyaningsih telah melampaui batas sebagai seorang atlet. Ia menjadi simbol tekad, ketekunan, dan semangat perempuan Indonesia. Dalam dunia yang terus bergerak cepat, langkah kakinya di lintasan menjadi pengingat bahwa kehebatan lahir dari konsistensi, bukan hanya dari bakat.
- #BeritaLari
- #Triyaningsih
- #TriyaningsihRunning
- #PelariIndonesia
- #BanggaPelariIndonesia